ASPEK RELIGI DAN MAKNA DALAM TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA
Main Article Content
Abstract
Penari bedhaya ketawang dianggab sebagai bedhaya yang tertua dan tari ini dijadikan kiblat dari tari bedhaya yang lain yang lebih muda. Tari bedhaya ketawang menceritakan Panembahan Senapati raja pertama dari Dinasti Mataram dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Kanjeng Ratu Kidul.Tari bedhaya k etawang merupakan tari yang sarat makna simbolis serta erat kaitannya dengan upacara adat sehingga kesakralan dan religi selalu dijaga. Penari bedhaya memiliki aturan yang mengharuskan berjumlah sembilan, pola lantai mengelilingi raja di sisi kanan dan kiri, ada peraturanbahwa menguasai pakem joged Hasta Sawandha,serta ketentuan disaat menari dalam upacara jumenengan, tinggalan dhalem dengan keadaan susi, bersih, serta ritual yang sebelumnya dilaksanakan adalah mandi kembang tujuh rupa, puasa mutih, senin dan kamis dan semedi yang sekarang meditasi.Diskursus memiliki argumen serta historis sehingga bahasa berkembang membentuk makna pada kondisi material dan historis yang spesifik. Kondisi mengekplorasi secara historis dan di tata untuk membentuk dan mendefinisikan bidang pengetahuan /obyek spesifik yang memerlukan perangkat konsep untuk dibongkar yang di pandang sebuah kebenaran. Pada penari bedhaya ketawang setelah diungkap ternyata mengandung nilai pada pendidikan keagamaanyaitu religius, mengenalkan manusia darimana asalnya dan nanti kembali lagi kemana serta memberikan pendidikan religius untuk menjadi seorang wanita yang beretika baik, berhati bersih dan baik, dekat dengan Sang Pencipta, Laku Prehatin dengan mengolah jiwa dengan puasa senin-kamis, puasa mutih dan menanamkan pendidikan untuk dapat menghargai dirinya , mengharumkan nama baik dirinya, keluarga, bangsa dan negara.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.