MAKNA SIMBOLIK UPACARA ADAT BELIAN SENTIYU DI DESA MUANG, SAMARINDA
Main Article Content
Abstract
Salah satu jenis upacara adat yang hingga saat ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Dayak yang menempati wilayah Kalimantan Timur adalah upacara Belian Sentiyu. Di wilayah Desa Muang, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Belian Sentiyu dipercaya sebagai ritual pengobatan yang melibatkan masyarakat setempat, diselenggarakan sesuai dengan prosesi serta mempergunakan peralatan, perlengkapan ataupun sesajen tertentu. Tahapan pelaksanaan serta peralatan, perlengkapan dan sesajen yang dipergunakan dalam upacara Belian Sentiyu mengandung makna sehingga penelitian ini memfokuskan permasalahan utama pada makna simbolik upacara Belian Sentiyu di Desa Muang, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus melalui pendekatan semiotik mitos Roland Barthes. Data diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan upacara adat, wawancara dengan pemeliat, kepala adat dan warga setempat serta hasil dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa warga Dayak Desa Muang menyelenggarakan ritual tolak bala yang dikenal dengan istilah Gugu Tahun pada setiap tahunnya. Narasumber juga menyebutkan bahwa Belian Sentiyu dapat pula diselenggarakan bersamaan dengan ritual tolak bala ini apabila ada warga setempat yang berkepentingan untuk mengobati/ menyembuhkan penyakit yang berasal dari roh-roh jahat. Tahapan, waktu dan lokasi pelaksanaan, pemotongan jumlah dan jenis hewan dalam upacara, peralatan, perlengkapan serta jenis sesajen yang digunakan dalam upacara adat Belian Sentiyu merepresentasikan hal-hal yang mengandung makna simbolik tertentu sesuai dengan kepercayaan masyarakat suku Dayak.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.