PENINGKATAN DAYA NALAR SISWA DALAM PENDIDIKAN: FAKTA DAN LOGIKA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SEJARAH
Main Article Content
Abstract
Ketika seorang lulusan SMA/SMK memasuki proses pembelajaran di perguruan tinggi, seringkali (baik oleh mahasiswa maupun dosen) dirasakan adanya suatu kesenjangan, baik terkait dasar pengetahuan maupun tingkat penalaran yang seharusnya dikuasai. Dasar utama dari diskontinuitas antara pengetahuan dasar yang diletakkan pada tingkat pendidikan dasar, perluasan pengetahuan di tingkat sekolah menengah, serta pemahaman dan pendalaman suatu bidang tertentu di perguruan tinggi jika ditinjau dari taksonomi Bloom, terjadi karena proses pembelajaran yang dilaksanakan belum mencapai sasaran (Capaian Pembelajaran) yang seharusnya. Melalui proses pengamatan langsung dan angket, diperoleh masukan bahwa ada sejumlah faktor psikologi-budaya, antara lain faktor (1) dominasi ‘penguasa’, (2) ketidak-taatan kepada azas hukum, serta (3) kurangnya pengembangkan budaya penalaran, yang menjadi penyebab terhambatnya proses pencapaian ini. Thomas Rohlen dan Gerald Letendre dalam Teaching and Learning in Japan (1998:1) menyebutkan bahwa secara inklusif, dunia pendidikan di masa moderen diperkaya dengan praktek dan pemahaman yang beragam, mulai dari pengenalan sejarah, ruang budaya serta konteks kelembagaan. Dengan demikian dunia pendidikan bukan hanya menawarkan materi pembelajaran, melainkan wajib pula memperhatikan pemahaman dan wawasan yang melingkupinya. Dalam pemaparan ini akan dibahas faktor- faktor penyebab kesenjangan tersebut di atas, serta jalan keluar mengatasi permasalahan tersebut melalui metode pembelajaran yang lebih aktif, kreatif dan adaptif berdasarkan pengembangan logika dan penalaran, dengan contoh kasus pembelajaran di bidang bahasa dan sejarah.
Downloads
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.