CLAUSTROART: SENI BARU DI MASA PANDEMI

Main Article Content

Harsawibawa Albertus

Abstract




Pandemi yang mematikan memaksa manusia untuk berdiam diri di rumah; muncullah konsep WFH (work from home) yaitu pekerjaan kantor dan bersekolah, misalnya, harus dilakukan di rumah. Yang dulunya dipikirkan sebagai suatu hal yang menyenangkan bila berkantor dan bersekolah dari rumah saja, ternyata tidak demikian halnya saat dilakukan dalam waktu yang lama. “Mendekam” di rumah dalam jangka panjang menyebabkan rasa bosan, bosan di dalam ruangan dan juga bosan terhadap orang-orang di sekitar. Dari kebosanan itu timbullah ide kreatif bekerja sama menciptakan seni, yang mana semua itu dilakukan secara individual, tetapi bersamaan waktunya dengan orang lain di tempat yang berbeda. Di dalam musik misalnya, hal itu memunculkan gagasan bermain ansambel dari tempat-tempat yang berbeda, yang mana semua itu dihubungkan oleh jaringan internet. Secara tidak sadar, kreativitas itu memunculkan bentuk seni yang baru, yang saya sebut claustroart—mengacu pada ide “claustrum” (tempat tertutup) dan “art” (seni). Claustroart ternyata begitu mencandukan bagi mereka-mereka yang memuja teknologi. Para pemusik di negara-negara maju, yang juga mengalami situasi yang sama, tidak berlama-lama menikmati seni yang mengungkung itu, dengan berbagai cara mereka berusaha untuk mengembalikan cara bermain musik seperti sebelum pandemi. Sedangkan bagi mereka yang tergila-gila dengan teknologi, claustroart justru terus dikembangkan dan diperluas, serta menciptakan kemalasan baru atas nama “efisiensi” atau “kemajuan jaman”, yang disesuaikan oleh jargon: “New Normal”. Claustroart menunjukkan kejadian seni yang baru, ia menunjukkan seni yang baru itu diciptakan bukan oleh individu-individu, melainkan sekelompok orang. Claustroart juga menunjukkan pengaruh teknologi bagi manusia kini dan di masa yang akan datang.




Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Albertus, H. (2021). CLAUSTROART: SENI BARU DI MASA PANDEMI. Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, Dan Seni (Sesanti), 1–21. Retrieved from https://eprosiding.fib-unmul.id/index.php/sesanti/article/view/46
Section
Articles

References

Cardinal, Roger. (2009). “Outsider Art and the autistic creator”. Philosophical Transactions of the Royal Society B, 364, 1459-1466, DOI:10.1098/rstb.2008.0325

Davies, David. (2009). “On the Very Idea of ‘Outsider Art’”. British Journal of Aestheticss, Vol. 49, No. 1, 25-41, DOI:10.1093/aesthj/ayn056

Dennett, Daniel C. (1991). Consciousness Explained. Back Bay Books—Little, Brown And Company.

Dennett, Daniel C. (2005). Sweet Dreams: Philosophical Obstacles to a Science of Consciousness. A Bradford Book—The MIT Press.

Maclagan, David. (2009). Outsider Art: From the Margins to the Marketplace. London: Reaktion Books Ltd.

Zawidzki, Tadeusz. (2007). Dennett. Oxford: Oneworld.